Minggu, 12 Agustus 2012

Menjalankan Aplikasi Android di Windows

Bagi Anda yang kepingin game android tapi nggak punya gadget Android, nggak usah khawatir, karena kini Anda bisa menjalankan aplikasi dan game Android di PC atau Notebook windows Anda.

download disini

Instalasi BlueStacks
Untuk instalasi aplikasi BlueStacks sangat mudah. Namun untuk instalasi BlueStacks pastikan Anda koneksi internet terlebih dahulu, karena anda akan membutuhkannya.
Setelah Anda download aplikasi BlueStacks, double klik dan ikuti petunjuk berikutnya. Kemudian aplikasi BlueStacks akan melakukan download via Internet dan setelah selesai proses downloadnya, instalasi aplikasi BlueStack akan dilakukan secara otomatis.
Berikut tampilan BlueStack setelah selesai diinstal.


BlueStacks adalah aplikasi emulator Android di sistem operasi Windows. Mungkin ada banyak emulator sejenis yang sudah Anda kenal sebelumnya. Namun yang unik dari emulator Android ini adalah menjadikan semua aplikasi Android seolah-olah terintegrasi dengan sistem Operasi Windows. Karena setelah Anda instal aplikasi BlueStacks, maka icon file .apk (aplikasi android) akan dapat langsung  Anda double klik dan selanjutnya aplikasi tersebut akan terinstall di BlueStacks dan membuatkan shortcut di windows Anda.
Sehingga untuk menjalankan aplikasi tinggal double klik shortcut tersebut seperti layaknya aplikasi-aplikasi lain di Windows Anda.

Tidak kalah menariknya adalah Anda dapat mendownload aplikasi dan game-game baru dari market yang tersedia (1Mobile, Amazon App, dan GetJar) langsung dari BlueStacks. Dan tentu saja Anda juga dapat mendownload dari berbagai website repository aplikasi Android yang tersebar di Internet.
Berikut beberapa aplikasi yang sudah saya coba di BlueStack dan berjalan dengan baik:


Untuk aplikasi lain silahkan Anda mencobanya sendiri !. (MT)

Rabu, 08 Agustus 2012

Ayo Berangkatlah

Khalifah Mu’awiyah mempercayai Panglima Abdurrahman bin Khalid bin Walid memimpin pasukan menghadapi pasukan Romawi yang telah siaga.
Beberapa hari menjelang pertempuran, Khalifah Mu’awiyah mengirim pesan, lalu bertanya, “Apa yang akan kamu lakukan terhadap pasukanku?”
“Akan aku jadikan sebagai pedoman, dan aku tidak akan melanggarnya,” jawab Abdurrahman dalam surat balasannya.
Seketika itu, panglima Abdurrahman dipanggil pulang dan langsung dipecat. Selanjutnya Khalifah menunjuk Sufyan bin Auf Al-Ghamidi sebagai gantinya.
“Aku tunjuk kamu memimpin pasukan; dan itu tadi pesanku. Lalu apa yang akan kamu lakukan?” tanya Khalifah Mu’awiyah kepada Sufyan menjelang berangkat.
“Aku akan menjadikannya sebagai pedoman selama aku mantap. Kalau tidak, aku akan menggunakan pikiranku sendiri,” jawab sufyan.
“Kalau begitu, ayo berangkatlah!” kata Khalifah.

Sumber: Al-Ishabat fi Tamyiz Al-Shahabat, Ibnu Hajar Al-Asqalani

Senjata Makan Tuan

Di Sajastan, wilayah Asia tengah, antara Iran dan Afganistan, hidup seorang ulama ahli bahasa yang amat terkenal. Suatu hari ia menasehati putranya: “Kalau kamu hendak membicarakan sesuatu, pakai dahulu otakmu. Pikirkan dengan matang; setelah itu, baru katakan dengan kalimat yang baik dan benar.”
Pada suatu hari di musim hujan, keduanya sedang duduk-duduk santai di dekat api unggun di rumahnya. Tiba-tiba sepercik api mengenai jubah tenunan dari sutera yang dikenakan sang ayah. Peristiwa itu dilihat putranya, namun ia diam saja. Setelah berpikir beberapa saat barulah ia membuka mulut, “Ayah, aku ingin mengatakan sesuatu, bolehkah?,” tanyanya. “Kalau menyangkut kebenaran katakan saja,” jawab sang ayah.
“Ini memang menyangkut kebenaran,” jawabnya. “Silakan,” kata sang ayah. Ia berkata, “Aku melihat benda panas berwarna merah.” “Benda apa itu?,” tanya sang ayah. “Sepercik api mengenai jubah ayah,” jawabnya.
Seketika itu sang ayah melihat jubah yang sebagian sudah hangus terbakar. “Kenapa tidak segera kamu beritahukan kepadaku?,” kata sang ayah. “Aku harus berikir dahulu sebelum mengatakannya, seperti apa yang anda nasihatkan kepadaku tempo hari,” jawab putranya dengan lugu.
Sejak itu ia berjanji akan lebih berhati-hati dalam memberikan nasihat pada putranya. Ia tidak ingin peristiwa pahit seperti itu terulang lagi.

Sumber: Nafhu Al-Thayib, Al-Muqri Al-Til